Belajar Mengejar Mimpi dari Sang Pemimpi


Tanpa mimpi dan harapan, orang-orang macam kita akan mati.. Demikian pesan besar yang ingin disampaikan di Film Sang Pemimpi karya Sutradara Riri Riza dan Miles Films yang diputar serentak di bioskop tanah air mulai Kamis (17/12/2009).

Kata-kata di atas merupakan dialog yang disampaikan Arai (Rendy Ahmad) kepada Ikal (Vikri Setiawan), dua tokoh sentral di film sekuel Laskar Pelangi ini. Selama 128 menit penonton disajikan drama yang sangat menyentuh emosi serta berbagai pesan moral yang jarang muncul di film lain.

“Selain menggambarkan semangat dan kegigihan meraih mimpi. Ada beberapa subplot penting menggambarkan hubungan antara orangtua dengan anak serta guru dan siswa,” tutur Mira Lesmana, produser Film Sang Pemimpi menceritakan kisah di balik pembuatan film yang menelan dana Rp 12 miliar itu.

Film ini bercerita tentang kehidupan di masa remaja Ikal. Bersama Arai-sepupunya dan Jimbron sahabatnya, mereka bertiga merantau ke Manggar, kota pelabuhan yang berjarak puluhan kilometer dari tempat kelahiran mereka di Gantong, Belitung.

Di perantauan, mereka menjalani masa remaja yang sulit dan penuh tantangan. Arai dan Ikal adalah siswa yang unik, meskipun mereka pandai, namun layaknya remaja lainnya, juga tergolong bengal. Namun, satu hal ya ng berbeda, cita-cita mereka setinggi langit : Ingin kuliah di Perancis, keliling Eropa.

Cita-cita ini didapati setelah bertemu dengan seorang guru muda, Pak Julian Balia yang diperankan Nugie. Balia mengajarkan agar siswa memiliki cita-cita setinggi langit dan berimajinasi meraih mimpi-mimpi itu. “Yang terpenting, bukanlah seberapa besar mimpi kalian, melainkan seberapa besar upaya kalian mewujudkan mimpi itu,” tuturnya di dalam sebuah dialog di depan kelas.

Karakteristik Balia yang sangat inspiratif sekaligus memotivasi lalu dipadukan dengan karakter kepala sekolah SMA Manggar, Mustar yang diperankan aktor teater asal Yogya Landung Simatupang. Keberadaan Mustar, guru yang dianggap super galak, tanpa disadari justru mengasah mental dan daya tahan Arai dan Ikal di dalam menghadapi tantangan hidup.

Dengan adanya cita-cita, hidup Arai dan Ikal dipenuhi gairah. Arai, sosok paling inspiratif di film ini kemudian membuka peta dunia dan menggambar rencana mewujudkan mimpi itu. Belitung, Jakarta, Paris Eropa. Demikian sekilas desain perjalanan meraih mimpi itu.

Peringatan bermimpi

Di tengah-tengah tuntutan untuk belajar dan persoalan remaja, mereka pun bekerja paruh waktu sebagai buruh di pelabuhan. Kisah mereka adalah semacam peringatan bermimpi agar bermimpi layaknya membangun rumah yang harus disiapkan sejak fondasi hingga penyelesaian detailnya. “Mimpi tidak hanya dikejar, tetapi dibangun dengan kerja dan semangat menggali ilmu,” tutur Riri Riza.

Demi menerbarkan virus semangat yang sama, Miles Films dan Alfa Mart (salah satu sponsor film ini), mengundang 100 anak yatim piatu di dalam pemutaran perdana film ini di XXI Ciwalk. “Selama ini, mereka kan terlupakan. Mudah-mudahan, dengan mengajak nonton film ini, bisa menginspirasi mereka untuk terus mengejar mimpi,” ucap Didit Setiadi, Corporate Communication Manager Alfa Mart.(Yulvianus Harjono/kompas)

Tinggalkan komentar